Tentu dibaca oleh kedua istri diplomat tersebut
Di Dalam Lingkungan Harian "Kompas bunvi gemuruh luar biasa.
Setelah saya selidiki keterangan tersebut ternyata tak benar Yang benar, di beberapa lokasi dinding gunung telah lama tak dan menganga.
Waktu turun hujan sangat lebat air masuk ke celah retak tadi, sehingga longsor ke bawah, menggelinding- kan batu-batu besar,menengah, kecil disertai lumpur: Semuanya melanda pemukiman.
Batu terbesar, tak berlebihan jika dikata kan sebesar rumah dan sebesar kerbau.
Di sana-sini ratap tangis beraungan di tengah malam buta.
Di samping kehilangan anggota keluarga, rumah mereka luluh lantak.
Masyarakat menamakannya sebagai galodo Marapi Desa Sungai Sarik di Kecamatan Baso, Kabupaten Agam mengalami penderitaan sama.
Desa di kaki sebelah timurlaut Gunung Marapi ini dilanda ratusan ribu batu-batu besar.
Di sini juga bergelimpangan mayat dalam keadaan nestapa.
Total korban manusia di desa-desa kaki Gunung Marapi itu, seingat saya sekitar 105 orang.
Bahkan di Sungai Sarik saya sempat menyaksikan penguburan massal para korban sekitar pukul 22.00 Setelah mencatat semua, kembali ke Bukittinggi.
Saya dapati Gubernur Azwar Anas dan rombongan wartawan sedang istirahat di gedung Triarga.
Sekitar pukul 23.00 mereka siap-siap kembali lagi ke Padang.
Saya diajak sama-sama, tapi saya berkilah dengan alasan, mau pulang kampung ke Lawang b km barat kota Bukittinggi).
Saya katakan ada hajatan keluarga Begitu mereka berangkat, saya pun pergi menuju kantor elepon.
Dari sini seluruh peristiwa itu saya sampaikan ke redaksi malam.
Besoknya di Jakarta hanya surat kabar Kompas mem- entakan peristiwa itu secara rinci dan akurat.
Malahan keduanya melahap seperti "balas dendam" Peristiwa "pesta durian" ini saya tulis dalam rubrik "Nama dan Peristiwa" harian Kompas.
Tentu dibaca oleh kedua istri diplomat tersebut.
Begitu sampai di Jakarta, istri Anwar Sani bertanya "Makan duren di Padang ya?" "Ah, tidak," jawabnya lembut.
Sani.
untung tidak ada"piring terbang" rekannya BOS MEMBUKAKAN PINTU MOBIL "Nih, baca ini tulisan Kompas kemaren," kata mevrauw Interogasi serupa juga terjadi di rumah Abdulah Kamil, tapi Ah, ini gara-gara Pandoe," ucap Anwar Sani kepada SUATU hari Pimpinan Harian Kompas lewat saya meng- undang makan siang mereka yang pernah jadi Gubernur bumatra Barat, Harun Zain, Azwar Anas dan Hasan Basri bunn Tempatnya gedung Bentara Budaya, masih dalam kompleks surat kabar tersebut Palmerah Selatan Jakarta Husat.
Sama sekali tidak ada topik pembicaraan khusus walau hadir para senior Acara semata-mata silaturrahmi saja Harun Zain baru lengser jadi Menteri Tenaga Kerja.
Setelah saya selidiki keterangan tersebut ternyata tak benar Yang benar, di beberapa lokasi dinding gunung telah lama tak dan menganga.
Waktu turun hujan sangat lebat air masuk ke celah retak tadi, sehingga longsor ke bawah, menggelinding- kan batu-batu besar,menengah, kecil disertai lumpur: Semuanya melanda pemukiman.
Batu terbesar, tak berlebihan jika dikata kan sebesar rumah dan sebesar kerbau.
Di sana-sini ratap tangis beraungan di tengah malam buta.
Di samping kehilangan anggota keluarga, rumah mereka luluh lantak.
Tentu dibaca oleh kedua istri diplomat tersebut
Tidak terhitung pula jumlah ternak hanyut, dan berhektar-hektar sawah ladang dilanda air bah, tertimbun batu atau lumpur.Masyarakat menamakannya sebagai galodo Marapi Desa Sungai Sarik di Kecamatan Baso, Kabupaten Agam mengalami penderitaan sama.
Desa di kaki sebelah timurlaut Gunung Marapi ini dilanda ratusan ribu batu-batu besar.
Di sini juga bergelimpangan mayat dalam keadaan nestapa.
Total korban manusia di desa-desa kaki Gunung Marapi itu, seingat saya sekitar 105 orang.
Bahkan di Sungai Sarik saya sempat menyaksikan penguburan massal para korban sekitar pukul 22.00 Setelah mencatat semua, kembali ke Bukittinggi.
Saya dapati Gubernur Azwar Anas dan rombongan wartawan sedang istirahat di gedung Triarga.
Sekitar pukul 23.00 mereka siap-siap kembali lagi ke Padang.
Saya diajak sama-sama, tapi saya berkilah dengan alasan, mau pulang kampung ke Lawang b km barat kota Bukittinggi).
Saya katakan ada hajatan keluarga Begitu mereka berangkat, saya pun pergi menuju kantor elepon.
Dari sini seluruh peristiwa itu saya sampaikan ke redaksi malam.
Besoknya di Jakarta hanya surat kabar Kompas mem- entakan peristiwa itu secara rinci dan akurat.
Sekitar pukul 23.00 mereka siap-siap kembali lagi ke Padang
Ditempatkarn sebagai berita utama (headline) Surat kabar lokal di Padang, karena wa pendek baru belng sekitar pukul 1.00 dinihari, memberitakan secara ek saja, Baru besoknya mereka lengkapi dan mem- rtawannya or Dalam tingkingan Harian Kompas ah berkadar tingst kolestrol Karena talk mengetahui, Ida istri tercinta, malam itu menyajikan durian bersama ketan Pak kata Sjahrul Ueljud, "bukankah Bapak-Bapak tidak boleh makan durian?" "henar:"jawab Abdlullah Kamil dan dilanjutkannya, "Salat saja Tuhan memberi dispensasi jama' selama musafir, masa dokter tidak bisa memberikan dispensasi sekali-sekali makan ini.Malahan keduanya melahap seperti "balas dendam" Peristiwa "pesta durian" ini saya tulis dalam rubrik "Nama dan Peristiwa" harian Kompas.
Tentu dibaca oleh kedua istri diplomat tersebut.
Begitu sampai di Jakarta, istri Anwar Sani bertanya "Makan duren di Padang ya?" "Ah, tidak," jawabnya lembut.
Sani.
untung tidak ada"piring terbang" rekannya BOS MEMBUKAKAN PINTU MOBIL "Nih, baca ini tulisan Kompas kemaren," kata mevrauw Interogasi serupa juga terjadi di rumah Abdulah Kamil, tapi Ah, ini gara-gara Pandoe," ucap Anwar Sani kepada SUATU hari Pimpinan Harian Kompas lewat saya meng- undang makan siang mereka yang pernah jadi Gubernur bumatra Barat, Harun Zain, Azwar Anas dan Hasan Basri bunn Tempatnya gedung Bentara Budaya, masih dalam kompleks surat kabar tersebut Palmerah Selatan Jakarta Husat.
Sama sekali tidak ada topik pembicaraan khusus walau hadir para senior Acara semata-mata silaturrahmi saja Harun Zain baru lengser jadi Menteri Tenaga Kerja.